Jumat, 16 Desember 2011

Auto Mount Partisi di Ubuntu

Salah satu fitur yang menurut saya sangat membantu keamanan di kebanyakan sistem Linux adalah tidak dilakukannya mounting partisi (pengaitan sistem berkas) pada saat penyalaan komputer (booting) kecuali partisi tempat beradanya system, home, dan swap. Partisi-partisi lain dianggap sebagai sebuah media penyimpanan yang berbeda. Lain halnya dengan system Windows yang pada saat boot, walaupun tetap menganggap partisi lain adalah media penyimpanan berbeda, tapi dilakukan mounting semua partisi yang bisa dibaca.
Bagi pengguna linux pemula seperti saya, kadang-kadang hal ini merepotkan, misalnya ketika sehabis boot dan ingin langsung membuka pemutar musik, ternyata file-file yang ada di playlist tidak bisa dimainkan. Ini terjadi karena tak lain dan tak bukan file-file musik itu terletak di partisi yang berbeda. Terpaksa buka file-manager dulu dan melakukan mounting (pengaitan) partisi yang dikehendaki, dan barulah playlist bisa dimainkan.

Di Ubuntu dan derivatifnya yang digunakan di Internet For Kids, karena beberapa komputer sering digunakan untuk coba-coba anak-anak SMK, partisi yang ada di harddisk menjadi banyak dan ada yang terletak di luar system/home/swap. Ini menjadikan pengguna lain yang sama-sama pemula seperti saya terkadang mengalami kebingungan serupa.
Sebetulnya itu sangat mudah diatasi dengan mengedit file /etc/fstab dengan menambahkan partisi yang dikehendaki beserta aturan-aturan yang ditentukan di bawah <file system> <mount point>   <type>  <options>       <dump>  <pass>. Namun bagi pengguna linux pemula ini, cara itu agak merepotkan karena butuh pemahaman yang lebih baik serta beresiko terjadi kesalahan.
Ada cara untuk mempermudah agar partisi-partisi yang dikehendaki bisa langsung dikaitkan (mount) pada saat booting. Cukup install aplikasi kecil yaitu Storage Device Manager yang sudah disediakan Ubuntu. Gunakan mantra:
sudo apt-get install pysdm
Instalasi juga bisa dilakukan melalui Synaptic atau Software Center. Setelah terinstall, buka melalui System > Administration > Storage Device Manager. Aplikasi ini bisa digunakan untuk bermacam hal mengenai pengelolaan partisi termasuk auto mount pada saat booting, baik untuk partisi linux maupun partisi system operasi lain misalnya FAT, NTFS, dan lain-lain (namun saya belum mencoba untuk partisi HFS)…
Berikut ini screenshot yang diambil dari laptop milik salah satu pengguna yang kebetulan sedang belajar di Internet For Kids:
Harddisk 320GB yang digunakan ternyata mempunyai 9 partisi. Untuk lebih memperjelas peta partisi di dalam harddisk, ada baiknya membuka Disk Utility atau GParted atau aplikasi lain yang diperuntukkan mengelola partisi.
Berikut tampilan peta partisi ditilik menggunakan Disk Utility (gambar sudah diedit agar lebih jelas pembagian partisinya):
Ada beberapa sistem operasi yang terpasang antara lain Windows 7 di partisi sda1, Ubuntu di partisi sda2, dan Debian di partisi sda8. Sedangkan media penyimpanan dokumen dan lain-lain ada di partisi sda5, sda6, dan sda7. Partisi sda3 adalah swap yang dibuat pada saat instalasi Ubuntu, sedangkan partisi sda9 adalah swap yang dibuat pada saat instalasi Debian (sebetulnya menurut saya tidak perlu dobel swap, tapi sudahlah, itu bisa dibahas lain kali saja). :-D
Penamaan partisi pada sistem Linux (x86 & x86-64) menurut saya sangat sederhana dan mudah dipahami. Media penyimpanan pertama (biasanya berupa harddisk), diberi nama sda. Partisinya diberi nama sda1, sda2, dst… Media penyimpanan selanjutnya (bisa berupa harddisk atau removable disk) diberi nama sdb, sdc, sde, dst. Partisinya diberi angka berurutan di belakangnya, partisi utama berangka 1-4, dan partisi logical dimulai dari angka 5 dan seterusnya.
Dalam sistem x86 serta x86-64, partisi utama yang dapat dibuat hanyalah empat buah saja, sementara sistem IA-64 dapat mendukung partisi hingga 128 buah. Sistem operasi akan menganggap partisi-partisi yang berbeda ini dianggap sebagai sebuah media penyimpanan yang berbeda. Membuat beberapa partisi dalam sebuah hard disk akan lebih memudahkan dalam melakukan manajemen data pengguna. (wikipedia)
Kembali ke soal Storage Device Manager, pada saat pertama kali memilih partisi yang akan dikelola, akan muncul notifikasi. Klik OK, dan tilik button di bawah assistant, bila partisi belum dikaitkan (mount) silahkan klik Mount!
(skrinsut diambil setelah selesai mengelola partisi sda5, ketika selanjutnya di-klik sda6 muncul notifikasi untuk sda6, namun pada name dan mountpoint masih menunjukkan sda5)
Selanjutnya akan muncul jendela seperti berikut ini:
Ada tiga bagian yang secara default dicentang, ditunjukkan dengan tanda panah merah pada gambar. Hilangkan centang pada ‘Mount file system in read-only mode’, kemudian klik OK dan Apply, selanjutnya restart komputer sedulur.
Begitu saja! Dan setelah restart akan ketahuan bahwa partisi yang dipilih akan otomatis dikaitkan (mount) pada waktu boot.
Sedikit tambahan, ada baiknya ganti ‘Name’ di bawah ‘Information’ sesuai dengan volume label partisi yang dipilih karena pada beberapa kasus saya menemui partisi yang di-auto-mount hanya ditunjukkan sebagai /media/sda5 (contoh menggunakan sda5) bukan /media/volume-label.
Demikianlah cerita pengguna linux pemula kali ini, semoga bermanfaat!
sumber


0 komentar:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "